English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Sabtu, 22 Oktober 2011

TATA KELOLA HIPERLIPID

TATA KELOLA HIPERLIPID

Oleh : DR. dr. F.M. Judajana SpPK (K)

Pendahuluan

Seperti diketahui, bahwa status kesehatan manusia terkait dengan kemajuan tingkat ekonomi suatu bangsa, karena kemampuan yang diperoleh membawa perobahan pola/gaya hidup ditinjau dari seluruh aspek yang sifatnya jasmani maupun spiritual.

Perobahan yang bermakna pada pola makan, minum dan fasilitas kehidupan fisik akan berpengaruh positip maupun negatif pada kesehatan individu maupun lingkungan secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan komposisi makanan pada manusia Indonesia terdiri atas 60 -75% karbohidrat, 12 -20% protein dan selebihnya lemak, namun dalam dekade terakhir ini pola konsumsi khususnya komposisi makanan manusia Indonesia terutama yang berdiam di kota yang mengalami banyak perobahan gaya hidup.

Salah satu perobahan tersebut pada pola makan sehari hari yang saat ini terjadi adalah berpindahnya pilihan kepada jenis makanan yang banyak mengandung lemak, sehingga mengakibatkan kadar lemak yang tinggi dalam darah dan menimbulkan suatu proses yang kompleks dalam pembuluh darah, serta berpengaruh pada fungsi beberapa organ dalam tubuh manusia.

Kejadian tersebut merupakan suatu kelainan metabolisme lemak dalam tubuh yang disebut dislipidemia, yang merupakan salah satu faktor resiko utama dalam proses terjadinya penyakit jantung dan atheroskerosis pembuluh darah, misalnya tingginya kadar fraksi lemak, misalnya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah (hiperkolesterolaemia) atau tingginya kadar trigliserida dalam darah (hypertrigliseridemia) dlsbnya.

Lemak dan fungsi metabolik

Secara biologis substansi lemak mempunyai peran sebagai sumber energi dalam tubuh yang dapat disimpan dalam depo lemak yang disebut jaringan lemak (adipose tissue), sedangkan metabolismenya berlangsung di hati (liver). Substansi lemak dapat menyimpan 9 kilo kalori per kg, sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kilo kalori per kg .

Substansi lemak ini mengandung asam lemak essensial yang bermanfaat bagi tubuh, namun tubuh tidak sanggup membentuk asam lemak essensial, seperti asam linoleic, arachidonic secukupnya, sehingga harus berasal dari makanan yang dikonsumsi.

Asam lemak essensial dibutuhkan untuk kesempurnaan dan sintesis membrane dari sel, dan untuk pembentukan hormone prostalglandin serta sebagai bahan penyusun karakter kekenyalan pada kulit.

Fraksi Lemak

Substansi lipid atau lemak terdiri dari kolesterol, trigliserida dan phopho lipid, namun dalam darah merupakan substansi lemak yang terikat dengan molekul protein yang lasim disebut lipoprotein.Pada setiap lipoprotein terdiri dari komponen lipid dan komponen/molekul protein yang disebut apolipoprotein. Molekul apolipoprotein menentukan metabolisme partikel dengan pengikatan pada reseptor spesifik dan bekerja sebagai kofaktor untuk aktivitas ensim.

Molekul lipoprotein terdiri dari beberapa fraksi yaitu chylomicrone, very low density lipoprotein cholesterol (VLDL – C), low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), high density lipoprotein cholesterol (HDL-C).

Molekul lipoprotein tersebut mempunyai persamaan substansi biokimiawi yang menyusunnya namun mempunyai perbedaan dalam besarnya prosentasi substansi biokimiawi yang akan menyusun molekul tersebut. Masing2 jenis lipo protein tersebut dalam jumlah yang abnormal akan mempunyai konstribusi yang spesifik dalam proses terjadinya sakit atau kelainan pada pembuluh darah dan jantung.

Tingginya kadar LDL-Cholesterol dan kolesterol total memberikan kemung-kinan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, karena keterlibatannya yang dominan dengan proses terjadinya kejadian sakit tersebut. Berdasarkan hal itu, maka pengobatan kelainan metabolisme lemak ini, ditujukan untuk menurun kan kadar LDL-C

Sebaliknya rendahnya kadar HDL-Cholesterol dalam darah ( kurang dari harga normal) akan mengakibatkan kemungkinan / resiko lebih besar terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Sedangkan tingginya kadar trigliserida lebih sering dihubungkan dengan kejadian sakit diabetes mellitus dan sindroma metabolik, karena berpengaruh terhadap peningkatan LDL-kolesterol yang kecil dan padat yang disebut small dense LDL-Cholesterol, yang ternyata merupakan substansi yang berperan pada tahap awal atherosclerosis. Karena LDL yang kecil dan lebih padat lebih cepat dioksidasi dibandingkan LDL yang lebih besar . Oksidasi LDL menyebabkan pembentukan sel busa yang dihasilkan makrofag dan pembentukan bercak lemak di lapisan intima pembuluh darah arteri.

Faktor Resiko

Kadar lemak yang abnormal pada seseorang akan memberikan peluang terjadinya gangguan vascular / pembuluh darah yang berakibat menurunnya kualitas pembuluh darah pada organ seluruh tubuh (jantung, jaringa otak, ginjal dlsb) yang lasim disebut aterosklerosis. Proses aterosklerosis akan memberi bentukan kerak (plaque) pada pembuluh darah arteri diseluruh tubuh yang memberikan penyempitan diameter and berkurangnya vaskularisasi dan berakibat menurunnya oksigenasi jaringan.

Pada dekade terakhir abnormalitas kadar lipid pada tubuh merupakan faktor resiko salah satu unsure terjadinya sindroma metabolik yang meliputi diabetes mellitus, hipertensi, obesitas

Adakah jenis pemeriksaan laboratorium lainnya yang diperlukan untuk meleng kapi dan menegakkan diagnosis kelainan metabolisme Lemak ?

Kelainan metabolisme lemak sebenarnya merupakan hasil interaksi berbagai / banyak faktor, dan memerlukan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium lainnya untuk melengkapi yaitu Small Dense LDL, Lipoprotein a (Lpa), apolipoprotein A1, Apolipo protein A2, apolipoprotein B.

Lipoprotein(a)

Molekul lipoprotein yang kaya kolesterol dan disintesisi di hati, kadarnya dipengaruhi secara genetik, namun molekul ini tidak mengandung trigliseride, sehingga tidak terpengaruh oleh diit. Molekul ini berbeda dengan fraksi liporotein seperti VLDL, LDL, HDL namun merupakan salah satu faktor resiko independent untuk atherosklerosis premature dan merupakan protein fase akut pada proses kejadian infark jantung dan stroke dan dianjurkan kadarnya diukur pada saat kejadian sakit dan akan bermakna hanya dalam waktu 1 bulan setelah kejadian meningkat dan terpaparnya sdLDL pada penderita.

Berdasarkan suatu penelitian yang menyatakan bahwa Lp(a) memiliki afinitas tinngi terhadap dinding pembuluh drah arteri dan mempunyai berpengaruh kuat terhadap kejadian trombosis yang aterogenik.

Pada saat ini Lp (a) merupakan uji saring untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, maka kadar > 30 mg/dl merupakan resiko PJK, sedangkan untuk resiko stroke nilai batasnya > 20 mg/dl, serta direkomenda sikan untuk penderita dengan riwayat keluarga yang pernah menderita Penyakit jantung koroner, stroke, infark miokard atau familial hypercholesterolaemia dan disfungsi ginjal yang disertai proteinuria.

Apolipoprotein A-I

Merupakan komponen integral dari fraksi HDL dan disekresikan dalam bentuk lemak yang bebas. Fraksi lemak yang berupa HDL dengan kadar yang rendah merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner, dan pemeriksaan Apolipoprotein A-I lebih banyak digunakan untuk memeriksa penderita dengan persangkaan kelainan genetik yang mempengaruhi rendahnya kadar kolesterol HDL.

Nilai rujukan : pada pria : 104 – 202 mg/dl

Wanita : 108 – 225 mg /dl

Apoliporotein A-II

Merupakan komponen protein yang menyusun struktur fraksi kolesterol HDL

Nilai rujukan : 25,1 – 35,4 mg / dl

Apolipoprotein B

Merupakan salah satu molekul yang mempunyai nilai prediktif untuk kejadian infark miokard dan merupakan indeks yang lebih baik dibandingkan kolesterol total atau kolesterol LDL.Apolipoprotein B (ApoB) merupakan komponen protein yang ikut menyusun struktur utama dari fraksi chylomicrone, VLDL dan LDL. Komponen Apo B ini mempunyai konstribusi 98% dari masa total protein pada molekul LDL. Pemeriksaan Apo B akan saling melengkapi dengan pemeriksaan small dense LDL (sdLDL), misalnya resiko infark jantung akan meningkat 6 kali jika terdapat peningkatan ApoB dan terdapatnya sdLDL, sedangkan resiko akan meningkat hanya 2 kali apabilat terdapat kadar Apo B yang meningkat dan terpaparnya peningkatan molekul LDL yang besar.

Disimpulkan bahwa parameter pemeriksaan Apo B dan sdLDL akan saling menunjang terhadap besarnya resiko terjadinya PJK karena terdapatnya laju progresifitas kejadian atherosclerosis.

Menurut journal Progress in Medicine 19, hal 1854, tahun 1999 menyatakan makin tingginya kada Apo B plasma akan menyebabkan kemungkinan adanya kejadian penyakit pada pembuluh darah arteri makin tinggi (lihat grafik 1)

Demikian pula laporan penelitian pada tahun 1999 yang menyatakan korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara kadar Apo B yang meningkat dengan terpaparnya kadar small dense LDL

Nilai rujukan : pada pria : 73 – 109 mg / dl

Wanita : 66 – 101 mg / dl

Berdasarkan berbagai penelitian menunjukan bahwa molekul Apo B dan sdLDL merupakan molekul yang berperan dalam laju progresivitas kejadian atherosclerosis pada pembuluh darah.

Konsensus dari National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III

(NCEP-ATP III).

Konsensus yang berisi petunjuk praktis penatalaksanaan Dislipidemia akan memberikan kemudahan dalam penanganan kelainan metabolisme Lemak (Lipid). Salah satu diantaranya Klasifikasi Kadar Lipid Plasma serta pedoman terapi berdasarkan Kadar Kolesterol-LDL sebagai sasaran serta batasan untuk mulai perobahan gaya hidup dan terapi obat yang dianjurkan.

Pemeriksaan penyaring dianjurkan pada semua orang dewasa berumur lebih dari 45 tahun. Pemeriksaan penyaring meliputi kadar kolesterol total dan trigliserida. Bila hasilnya normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulang setiap lima tahun. Bila hasilnya abnormal diperlukan pemeriksaan profil lipid lengkap yang meliputi kolesterol Total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida serta kadar glukosa darah.

Pemeriksaan profil lengkap harus dijalankan sedini mungkin pada mereka yang beresiko tinggi terkena atherosclerosis. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan analisis terha dap besarnya resiko seseorang terhadap kejadian atherosclerosis. Langkah awal menentu kan kadar kolesterol LDL kemudan dilanjutkan dengan eksplorasi factor resiko lain yang menyertai. Berdasarkan analisis tersebut terdapat 3 kelompok resiko, yaitu kelompok resiko sangat tinggi, tinggi dan rendah.

Diagnosis Hiperlipidemia

PROFIL LEMAK

Tujuan : Mengetahui kadar berbagai jenis lemak yang terlibat dalam proses terjadinya penyumbatan pembuluh darah (Aterosklerosis)

Jenis Pemeriksaan laboratorium:

Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk, Trigliserida, ApoB, Lp(a)

Pemeriksaan Panel Resiko Penyakit Jantung Koroner/Stroke

Cholesterol Total, Cholesterol-HDL, Cholesterol-LDL, Trigliserida, Apo B, Lp(a), Glukosa (puasa dan 2 jam SM) Fibrinogen, ACA, Homoscystein, hs CRP

Tata kelola Hiperlipidemia

Konsep mendasar tata kelola hiperlipedmia berpijak pada tahapan mengurangi ekspresi faktor resiko dan tahapan eliminasi semua faktor pemicu proses aterosklerosis pada pembuluh darah arteri

1.Tahapan Penatalaksanaan dislipidemia

1.1 . Identifikasi faktor resiko hiperlipidemia

Langkah utama yang diperlukan identifikasi semua faktor resiko diupayakan semaksimal mungkin misalnya obesitas, hipertensi, diabetes, dlsbnya. Karena berat dan banyaknya faktor resiko, diperlukan strategi yang tepat untuk mengurangi /minimalisasi ekspresi yang membantu terjadinya aterosklerosis

1.2. Eliminasi Faktor Pemicu

Eliminasi faktor pemicu atau lasim disebut ”trigger”, misalnya infeksi microbial yang sering terjadi dan akan memberikan kesulitan bagi tata kelola dislipidemia, karena kejadian infeksi kuman jenis ”coccus”, chlamydia pneumoniae, cytomegalovirus pada hospes, berperan pada proses inisiasi suatu plaque / kerak pada pembuluh darah arteri.

Makin banyak resiko dan faktor pemicu yang dimiliki seseorang maka akan memperbesar resiko mendapatkan PJK atau kejadian stroke.

2. Penatalaksanaan Hiperlipidemia

Tujuan untuk mengendalikan kadar lipid yang berperan dominant dalam proses kejadian terosklerosis baik pada penyakit jantung koroner, maupun kejadian sakit stroke karena obstruksi vaskuler maupun suatu perdarahan. .

Terapi kelainan metabolisme lemak, lasimnya terdiri atas terapi non farmakologis dan farmakologis, yang harus diberikan sedini mungkin dan terkait dengan kontinuitas dalam menjalani secara konsekwen strategi pengobatan yang diberikan..

Terapi non farmakologik dengan melakukan perobahan perilaku atau gaya hidup, dengan mengurangi makan yang kandungan lemaknya tinggi dan upaya konsumsi makan sayur dan buah, aktivitas fisik yang teratur, menurunkan berat badan, menghindari rokok dan minum beralkohol serta meningkatkan kemampuan mengelola stress psikis dlsbnya

Adapun terapi farmakologik yang bertujuan menurunkan kadar lipid ( trigliserida, kolesterol dan fraksinya seperti kolesterol HDL, kolesterol LDL), pemberian medikasi anti infeksi-mikrobial disamping obat antioksidan yang mencegah berperannya radikal bebas dan komponennya yang berpotensi / konstribusi terjadinya ateroma.

Pencegahan dislipidemia

Kejadian kelainan metabolisme Lemak dapat dicegah dengan mempertahankan pola makan yang sehat dan seimbang, (konsumsi sayur, buah, diikuti dengan membatasi konsumsi lemak), latihan fisik yang teratur sesuai dengan umur dan kemampuan fisik yang ada, sehingga tercapaiberlanjutnya berat badan yang ideal.

Upaya pencegahan non farmakologik /gaya hidup yang perlu diperhatikan adalah tidur yang cukup, disamping aktifitas yang seimbang berupa olah raga, olah fikir dan olah rasa, sehingga mamapu mengelola stress kehidupan baik yang bersifat jasmani maupun jiwani.

Penciptaan lingkungan bebas asap rokok dan menghindari minuman beralkohol yang berlebihan, kemampuan mengelola stress fisik dan jiwa, semua hal tersebut berdampak kepada kehidupan jiwa pribadi yang tenang disertai sikap hidup yang selalu positip akan memberikan sumbangan yang tidak ternilai bagi kualitas hidup seseorang. Seperti diketahui gaya hidup tersebut diatas karena akan berpengaruh kepada kualitas kehidupan sel tubuh dan interaksi biologik pada unit terkecil kehidupan tubuh yang akan berlangsung sempurna dan berkelanjutan, sebagai komponen penyusun kehidupan individu manusia yang bersifat holistik.

Kesempurnaan kehidupan individu manusia diperlukan dalam pembentukan populasi yang sehat, sebagai pemeran pada penciptaan lingkungan hidup yang ideal dan berpengaruh pada ecosystem yang ingin dicapai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar